Jurnalistik selalu diidentikkan dengan wartawan. Wartawan selalu identik dengan berita. Berita selalu disamakan artinya dengan informasi. Bicara tentang jurnalistik berarti bicara tentang informasi. Meski demikian, hal tersebut tak sepenuhnya benar. Jika jurnalistik hanya disejajarkan dengan informasi saja, maka sesungguhnya kinerja jurnalistik tidaklah maksimal karena informasi saja tidak dapat disebut sebagai karya jurnalistik. Selain itu, sesungguhnya kinerja jurnalistik sangat berkaitan dengan proses penyampaian informasi dari media kepada khalayak.
jurnalistik adalah seni dan ketrampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan nurani khalayak sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan perilaku khalayak sesuai kehendak jurnalisnya. Untuk menjadi seorang jurnalisme, dalam kehidupan sehari-harinya selalu berhubungan dengan masyarakat dan dipenuhi dengan banyak karya-karya yang bisa dipublikasikan dengan bentuk sebuah berita atau informasi yang bermanfaat untuk dikabarkan kepada semua masyarakat sekitar. Menjadi seorang jurnalis harus kreatif, memiliki rasa keingintahuan terhadap sesuatu hal yang menarik,yang baru dan bisa dijadikan sebagai informasi yang menarik. Jurnalis juga layak mempunyai rasa keraguan karena sepatutnya menjadi hal yang sangat penting bagi jurnalis. Sangat berbahaya jika jurnalis tidak ragu-ragu ketika mendapat sebuah informasi. Banyak informasi keliru yang kemudian disampaikan kepada masyarakat yang berakibat pada tidak dipercayanya sebuah media. Berita-berita atau informasi yang dipublikasikan oleh para jurnalis harus benar-banar nyata dan menarik pula agar banyak yang tertarik dengan berita tersebut. Dalam berita-berita itu, tidak hanya menarik, tapi seorang jurnalis harus mampu dan bisa menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh publik, karena kadang tidak hanya orang-orang yang penting yang akan membaca dan mencari informasi-informasi terbaru. Jadi harus juga bisa menyesuaikan bahasa yang digunakan tersebut.
Bahasa adalah kapasitas khusus yang ada pada manusia untuk memperoleh dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, dan sebuah bahasa adalah contoh dari sebuah sistem komunikasi yang kompleks. Bahasa Jurnalistik adalah gaya bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita. Disebut juga Bahasa Komunikasi Massa, yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi melalui media massa, baik komunikasi lisan di media elektronik (radio dan TV) maupun komunikasi tertulis (media cetak dan online), dengan ciri khas singkat, padat, dan mudah dipahami. Sebagai bagian dari karya jurnalistik, bahasa berita memiliki sedikit perbedaan dengan Bahasa Indonesia pada umumnya.Bahasa ini dikenal dengan sebutan Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik (BIRJ).Setidaknya ada empat karakteristik yang menyebabkan lahirnya Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik (Bachtiar, 2000). Pertama, pekerjaan wartawan dan redaksi selalu berpacu dengan waktu. Kedua, panjang tulisan/laporan jurnalistik dibatasi oleh halaman media cetak, durasi siaran media elektronik, atau lebar layar monitor pada media internet. Ketiga, jumlah media di Indonesia kini berjumlah ribuan sehingga persaingan antaramedia kian ketat, hanya laporan yang enak dibaca/didengar yang akan diakses khalayak. Keempat, tulisan jurnalistik berbahan baku fakta, sehingga jurnalis tak perlu menulis berita dengan bahasa yang muluk-muluk atau mendayu-dayu seperti pada cerita fiksi/karya sastra. Bahasa Jurnalistik memiliki dua ciri utama : komunikatif dan spesifik. Komunikatif artinya langsung menjamah materi atau langsung ke pokok persoalan, bermakna tunggal, tidak konotatif, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele, dan tanpa basa-basi. Spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas, dan mudah dimengerti orang awam. Bahasa Jurnalistik hadir atau diperlukan oleh insan pers untuk kebutuhan komunikasi efektif dengan pembaca (juga pendengar dan penonton).
Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian surat kabar dan majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa jurnalistik itu harus jelas dan mudah dibaca dengan tingkat ukuran intelektual minimal. Bahasa jurnalistik juga memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar dan jelas. Sifat-sifat itu harus dimiliki oleh bahasa pers, bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya. Oleh karena itu beberapa ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik di antaranya seperti, Sesuai dengan ejaan yang berlaku, Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, Tidak meninggalkan prefik me- dan ber- kecuai dalam judul berita, Menggunakan kalimat pendek, lengkap, dan logis, Setiap alinea terdiri dari 2 atau tiga kalimat dan koherensinya terpelihara, Penggunaan bentuk aktif (kata dan kalimat) lebih diutamakan. Bentuk pasif seperlunya saja, dan kata sifat juga dibatasi penggunaannya. Ada juga karakter bahasa jurnalistik, seperti halnya; 1) Sederhana artinya mudah dipahami, gampang diingat, kita juga harus menghindari kata-kata yang teknis ilmiah, maka, gunakanlah bahasa yang umum dipakai. 2) Singkat yakni Berarti langsung pada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele dan tidak berputar-putar. 3) Padat Mencari kata yang bisa memadat kalimat. 4) Jelas Artinya mudah ditangkap maksudnya, tidak baur atau kabur. 5) Jernih artinya tidak menyembunyikan makna lain. 6) Menarik Artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca, memicu selera pembaca. 7) Demokratis yakni Bisa juga disebut bahasa yang egaliter, yaitu memberlakukan semua orang sama. 8) Populis, Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi oleh semua lapisan masyarakat. Kebalikan populis adalah elitis, yaitu bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami oleh segelintir kecil orang saja terutama karena berpendidikan dan berkedudukan tinggi. Biasanya bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang teknik ilmiah, atau kata-kata sandi yang digunakan hanya pada kalangan kelompok, lapisan atau bahkan geng tertentu. 9) Logis yaitu Bahasa yang digunakan harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat.
Maka dari itu seorang jurnalis atau seorang wartawan harus bisa menggunakan bahasa-bahasa seperti yang dijelaskan dan disebutkan diatas, untuk mempermudah dalam mempublikasikan berbagai berita atau informasi-informasi yang diperolehnya dari berbagai sumber. Bahasa-bahasa jurnalistik berikut, baik jika tetap diterapkan sampai sekarang oleh para jurnalis atau wartawan dalam menulis atau mempublikasikan berita dan informasi agar dalam penyampaian beritanya tetap banyak yang tertarik untuk membacanya dan karya-karya para jurnalis juga tetap bagus dan menarik sepanjang waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar